As my first assignment, I had to write a short story about refined fuel oil. I had no idea. As far as I know, short story always talk about friedship or love. Aiih.... but I have to try it. It’s my first begin.
Well I was tryin’ hard to think how will I start. And just about 5 minute after I started, I finished it with 169 words. LOL. It’s actually really simple. And this is my very short story....
____
BBM NAIKKKK!!!!!
Kruk.... kruuukk... Sepertinya cacing-cacing di dalam perutku mulai meronta-ronta. Sudah jam 7 malam, tapi perutku belum mendapatkan ‘bahan bakar’ sejak tadi pagi. Kuputuskan untuk ke warung makan.
“Lah, naiknya kan Cuma seribu. Wajarlah. Iya kalo tiba-tiba jadi duapuluh ribu.”
Aiiih... Apa harga sembako bakalan ikut naik juga? Bagaimana nasib saya dan teman-teman seperjuangan sebangsa se-anak kos?
Langka, nih, si ibu. Jarang-jarang ibu rumahtangga punya pemikiran seperti itu. Apalagi mereka penjual ‘bahan bakar’ tubuh bagi anak-anak kos, seharusnya mereka turut GALAU.
Teringat 2 hari lalu saat angkot yang saya tumpangi terpaksa harus berhenti karena ada barisan super panjang ibu-ibu demo, padahal saya sangat terburu-buru waktu itu.
Setelah ‘bahan bakar’ saya terpenuhi, saya siap melangkah penuh percaya diri menuju kos-kosan.
Tit..... tit.... tiiiittt.....
“Ly, ayok naik. Tak antar ke kosan.”
“Ya ampun, kosanku deket. Ga usahlah.”
“Ayok, gak papa daripada jalan.”
“Udah, gak papa, daripada boros BBM. BBM mau naik, tuh. Mending kita heboh hemat BBM daripada heboh protes subsidi BBM dikurangi... Lagian juga bahan bakar tubuhku barusan diisi :D”
Sepertinya ada benarnya ‘ceramah’ singkat yang diberikan oleh dosen saya. Saatnya mengambil langkah positif dari kenaikkan BBM ini. Save energy, kurangi polusi, sehatkan badan, sehatkan bumi. ^^
____
Well actually I’ve ever wrote a short story when I was in junior high school. HeheBut this time is my first of writing ‘seriously’. So please comment and give me some critism or suggestion. Thanks for reading! ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar