Ayah, Malang lagi dingin-dinginnya...
Sama seperti dua tahun lalu waktu ayah mengantarkanku ke kota bunga ini
Dinginnya sama...
Sama seperti waktu aku meletakkan kaleng minumanku di lantai hingga ia sedingin es keesokan paginya
Sama seperti waktu kita mencoba berkeliling Malang hingga akhirnya tersesat
Sama seperti waktu kita terheran-heran sebab ada kabut masuk rumah di tengah kota
Sama seperti waktu ayah membelikanku Al-Qur'an di pasar Lawang dan kita berdua kehujanan diwaktu pulang
Sama seperti waktu ayah mengajakku naik kereta api, hanya untuk mencicipi bagaimana rasanya menaikinya
Sama seperti waktu ayah memelukku di depan pintu kamar, sebelum akhirnya ayah kembali lagi ke Palu...
Dinginnya sama saja...
Sama seperti waktu ayah mengajakku naik kereta api, hanya untuk mencicipi bagaimana rasanya menaikinya
Sama seperti waktu ayah memelukku di depan pintu kamar, sebelum akhirnya ayah kembali lagi ke Palu...
Dinginnya sama saja...
Bedanya, ayah tidak lagi tidur di sampingku dan memakaikan selimut padaku di waktu subuh, seperti dua tahun yang lalu...
Ayah, aku rindu...
Ayah, aku rindu...